Senin, 27 Juni 2016

DEADLINE (TENGGAT WAKTU) - SINOPSIS /REVIEW



JUDUL : DEADLINE (TENGGAT WAKTU)
PENULIS : SANDRA BROWN
HALAMAN : 536
ALIH BAHASA : DHARMAWATI
DESAIN SAMPUL : MARCEL A.W
SETTING : ydaryanto24@gmail.com
PENERBIT : PT. GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA

*SINOPSIS

Dawson Scott sang jurnalis terkenal akhirnya kembali dari Afghanistan. Dihantui peristiwa-peristiwa mengerikan yang terjadi di medan perang, diam-diam ia mengalami kelelahan emosional yang nyaris menghancurkan hidupnya. Sampai Dawson menerima telepon dari sumbernya di FBI: ada perkembangan baru dalam kasus yang dimulai 40 tahun lalu. Ini bisa menjadi kisah terbesar dalam karier Dawson, kisah yang mungkin juga akan mengubah hidupnya.

Dawson pun mulai melipur kisah tentang Jeremy Wesson, mantan Marinir yang hilang dan diduga menjadi korban pembunuhan. Yang menarik, tes DNA membuktikan bahwa Jeremy merupakan anak biologis pasangan teroris yang masuk Daftar Pencarian Oranf FBI. Selagi meneliti semakin jauh ke dalam kisah rumit ini, Dawson menyadari dirinya mulai tertarik pada mantan istri Jeremy, Amalia Nolan. Tetapi ketika pengasuh yang dipekerjakan Amelia ditemukan terbunuh pada tengah malam berbadai, kadus ibi berbalik arah dan membuat Dawson menjadi tersangka utama. Dengan trauma-trauma yang terus menghantuinya, Dawson memutuskan untuk mengejar kebenaran itu... mengungkap rahasia mengejutkan tentang dirinya.

+Tokoh didalam buku+
Dawson Scott
Amalia Nolan
Jeremy Wesson
Hunter Wesson
Grant Wesson
Carl Wingert (Bernie Clarkson)
Flora Stimel
Gary Headly
Eva Headly
Stephanie Elaine DeMarco
Harriet
Glenda
Willard Strong
Deputi Tucker

Pembukaan bab dengan adegan baku tembak antara anggota FBI dan kelompok teroris, cerita mulai mengalir setelah 3 bab pertama dan mulai menuju banyak teka-teki yang harus dipecahkan sekaligus membuat penasaran tentang kelanjutan kasus pembunuhan yang dituduhkan kepada Willard Strong. Banyak amunisi yang tiba-tiba membuat terkejut, namun ada beberapa yang sudah bisa ditebak.



Novel pertama Sandra Brown yang bisa selesai terbaca selama 1 setengah hari. Bumbu-bumbu action-romance-mysteri bisa jadi yang membuatku bersemangat menyelesaikan novel Deadline ini. Ada beberapa kesalahan spasi yang terlewatkan, nama yang typo dan kalimat typo.

Tanpa mengurangi keseruan cerita dari novel Deadline-nya sendiri, aku memberikan bintang **** (empat) untuk cerita yang menegangkan dan topik yang menarik menyangkut tingkat stres yang dapat terjadi dan di alami para Marinir, tentara maupun orang-orang yang tersisa pasca terlibat pertempuran atau peperangan.

Selasa, 31 Mei 2016

LUCKY




Akhirnya menutup lembar terakhir novel kedua yang dalam tiga hari ini menemani liburku. Sekarang pukul 22.35 WIB, pagi tadi aku seharusnya sudah menyelesaikan 5 lembar terakhir dari novel Antologi Rasa karya Ika Natassa yang aku beli dua hari sebelumnya, tapi karena panggilan mendadak dari atasan untuk ke kantor secepatnya. Akhirnya mau tidak mau menunda bacaanku. Keara si tokoh utama perempuannya sungguh karakter type-ku sekali. Wanita yang tahu apa yang dia mau dan apa yang bisa dia lakukan untuk menyenangkan hidupnya. "Kakak tidur dimana?" itu tadi adikku, Aily, Aillya Fahrain berusia 15 tahun, pemalu dan suka menghayal yang ternyata masih terjaga. Aku melangkah menuju ranjang kami, "Kakak di sebelah kiri dek." Aily menggeser tubuhnya yang lebih besar dan berat daripada aku itu, memberi ruang lebih di sampingnya. Tubuhnya kelewat bongsor untuk remaja seumurnya.

"Tidur gih, besok kamu sekolah kan?" kataku, menyuruhnya segera tidur. Melihatnya masih menatap gudgetnya dan sesekali tersenyum sendiri.

"Hemm," balasnya masih tetap menatapi handphone yang ada di genggamannya. "Kakak tahu gak, tadi sore aku lihat Kak Baron sama Dante main basket di taman belakang komplek," Aily beranjak meninggalkan handphone di meja samping tempat tidur dan bersandar di kepala ranjang tangannya terlipat di depan dada dan melanjutkan ucapannya, "aku nggak dengar semuanya sih, apa yang mereka bicarakan. Cuman dimulai dari bagian acara perpisahan Dante seminggu lagi gitu." Aku mengerut mendengar kalimatnya.

"Jadi intinya apa dek?" balasku, menarik selimut sampai perut dan menepuk-nepuknya, mencari posisi lebih nyaman.

"Gak ada, aku cuman mau ngomong itu saja." Jawabnya dengan wajah nyengirnya itu. DASAR.

"Tidur!" kataku, meraup wajah isengnya itu. Aily tertawa melihat kejengkelanku.

"Hahaha, Kakak tahu gak? Setiap kali ada nama Kak Baron disebut, wajah Kakak langsung serius dan tegang banget. Jadi asyik buat dibercandain." ungkapnya lagi. Baron atau Ananda Baron Wijaya adalah sahabatku sejak kecil, dari jaman TK yang masih suka ngompol sampai SMA kami selalu bersama, hanya sejak kuliah intensitas kami bertemu menjadi sangat jarang sekali. Sampai saat kami lulus dan bekerja, barulah Baron kembali tinggal bersama orangtuanya setelah hampir lima tahun menjadi perantau dikota lain. Sedangkan Dante adalah sepupu jauh kami, bisa dibilang sebagai patner in crame-nya Aily, adikku sejak bayi. Lucu dan pintar di seni, sudah terlihat dewasa meski baru 17 tahun, tubuhnya bongsor seperti Aily. Yang membuatku bertanya-tanya anak-anak sekarang kenapa tumbuh begitu cepat dengan tubuh mereka yang cepat sekali bertambah tinggi.

___

"Undangan dari SMA N 1?" tanyaku pada Raihan, salah satu staff yang memberikan surat undangan dari SMA Dante dan Aily juga SMA tempat Baron mengabdi. Isi didalamnya menyebutkan undangan perpisahan sekolah yang mengundang pihak kecamatan untuk menghadiri acara perpisahan anak kelas 12.

*
Melihatnya tersenyum seperti ini selalu membuatku merasa bahwa hari ini akan indah sampai esok hari saat aku melihatnya lagi. Tapi, mungkin beberapa hari lagi aku tidak akan melihatnya lagi di sekolah  kami ini. Dan aku masih harus berkutat dengan banyaknya tugas dan hal-hal menjengkelkan lainnya dalam setahun kedepan sendiri, tanpa Dante tanpa melihat senyumnya setiap hari. Rasanya dunia tiba-tiba menjadi lumbang besar yang kemudian mengecil dan membuatku seakan terjebak didalam lubang sempit tersebut. Sesak dan tidak dapat bergerak untuk meraih, meraih lengannya.

"Melamun." Tepukan di pundakku menyadarkan aku dari kebengongan dan lamunanku barusan, memerhatikan orang-orang berlalu lalang dari tempatku duduk saat ini.

"Apaan sih Kak, ngapain ke sini, ganggu." Aku tidak bermaksud lancang, apalagi dengan Guru. Tapi ini Kak Baron, jadi aku tidak harus sopan ataupun segan lagi dengannya. Calon Kakak iparku ini, jangan sampai Kak Anis mendengar panggilan ini- agaknya kurang kerjaan karena dari tadi yang dilakukannya hanya duduk, berdiri dan duduk lagi menerima jabatan tangan dari beberapa orang. Bagaimana aku tahu? Pertanyaan bagus. Padahal dari tadi aku hanya melamun dan terbengong-bengong duduk menunggu. Lagi pula siapa yang akan memerhatikan pria dewasa dengan wajah yang tidak mengecewakan untuk dibawa dan dipamerkan waktu pergi ke mall dan ke teman-temanmu di sekolah. Ingatkan aku anak SMA mengenalkan gandengan serupa Kak Baron tentu saja bukan hal memalukan. Entah apa yang Kak Anis tunggu sampai hanya berdiam diri melihat makhluk Tuhan yang mendekati sempurna ini, di biarkan menganggur. Aku? Kalian tanya bagaimana denganku? Ya, meskipun Kak Baron mendekati sempurna bagiku Dante lebih dari apapun yang bisa di tukar dengannya. Sepupu dan sahabatku itu sudah merenggut anganku tentang cinta pertama dengan kakak kelas yang tampan, populer dan pintar. Semuanya tergantikan dengan sosoknya yang menyenangkan, kadang jahil dan sangat menyukai menggambar itu.

"Anissa nggak ikut kamu ke sini dek?" pertanyaan Kak Baron barusan membawaku kembali dari dunia lain yang aku singgahi barusan. "Gak tahu Kak," balasku.

"Hai," panjang umur sekali bukan Kakakku yang cantik ini, Kak Anis yang sekarang sedang mengenakan seragam kebesarannya, mengambil tempat di samping kursi yang aku duduki.

"Hai Nis, kok telat sampainya." Kak Baron bertanya dengan senyumannya yang tampan itu. Duh, jangan tanya sikap Kakakku jadi seperti apa. Mereka berdua menjadi canggung dengan naturalnya.

"Iya nih, habis sosialisasi di dua desa barusan, repot sekarang ini waktu-waktunya dana desa dicairkan tapi karena ada beberapa desa yang terkendala SDM-nya jadi kami dari pihak kecamatan ini coba bantu." Kak Anis menjelaskan dengan helaan nafas lelah yang ditanggapi Kak Baron dengan senyum maklum, lalu menyodorkan kotak snack yang ada di depan meja pada Kak Anis.

"Kamu udah tampil dek?" Tanya Kak Anis kembali perhatiannya padaku.

"Belum Kak, bentar lagi." Jawabku. Ada waktu yang paling baik untuk pergi saat ini, meninggalkan dua sejoli ini berdua saja untuk berbincang-bincang tapi karena sebentar lagi giliranku untuk tampil membacakan puisi. Jadi kuat tidak kuat harus bertahan mendengarkan obrolan mereka tentang desa ini desa itu, sampai ke isu-isu politik dan lainnya.

___

Dante yang berlari, Dante yang shit up, Dante yang push up, Dante yang berkeringat, Dante yang ngos-ngosan sesudahnya adalah pemandangan paling menawan, yang hanya bisa aku lihat setiap jum'at sore. Kalau saja tidak ada Kak Baron yang terbaring kelelahan di sampingku, aku akan memerhatikan Dante dengan mata dipenuhi tanda cinta padanya. Melirik Kak Baron, "Kakak laki banget ya, baru juga dua kali putaran udah ngos-ngosan gitu Kak."

"Faktor U dek, maklumin dong." Ucapnya, lalu duduk membersihkan siku dan baju belakangnya yang kotor akibat berbaringnya barusan.

"Besok Dante berangkat ke Jakarta kan? Pasti kamu sedih banget sekarang." Tanya Kak Baron yang memerhatikan Dante saat ini, menghampiri teman-teman mainnya. Bertanding futsal bersama.

"Gaklah, ngapain." Jawabku meski berusaha terdengar biasa, tapi nada suaraku tidak terdengar baik. Kak Baron tersenyum menenangkan, "belajar yang rajin, tahun depan masuk di Universitas yang sama, oke." Mengucapkan hal seperti itu lalu mengusap puncak kepalaku sebelum beranjak menghampiri Dante dan yang lainnya. Seperti tahu saja apa yang aku rasakan, bisikku.


Kamis, 17 Maret 2016

REVIEW : CINDER

 
Judul : Cinder #1 The Lunar Chronicles
Penulis : Marissa Meyer
Penerbit : Penerbit Spring
Halaman : 384
Penerjemah : Yudith Listiandri
Penyunting : Selsa Chintya
Proofreader : Titish A.K.

  • Blurb
"Wabah baru tiba-tiba muncul dan mengancam populasi penduduk Bumi yang dipenuhi oleh manusia, cyborg, dan android.
Sementara itu, di luar angkasa, orang-orang Bulan mengamati mereka, menunggu waktu yang tepat untuk menyerang."
Sebelumnya saya mau cerita dulu bagaimana sampai akhirnya mendapat novel Cinder dari Penerbit Spring yang royal sekali dengan para bookhunters yang tak bermodal seperti saya dengan banyaknya Give Away yang diadakan oleh Penerbit Spring. Haha, Terima Kasih.

Novel pertama dari seri The Lunar Chronicles karya Marrissa Meyer ini dari pertama terdengar gaungnya di telinga saya terispirasi dari cerita Cinderella, dan tentu saja ekspetasi saya kemudian langsung terbentuk dengan sendirinya. Tapi, setelah memulai membaca blurb atau sinopsis dari para blogger buku yang sudah membaca buku ini ternyata berbeda dari apa yang telah saya simpulkan, pun saat saya selesai membaca novel ini memang kesan terinspirasi dari cerita dongeng Cinderella itu ada tapi banyak sekali yang berbeda. Covernya juga unik dan cantik. Tapi cukup kaget saat saya membuka bab pertama karena ini buku pertama yang saya punya dari Penerbit Spring, font-nya kecil. Untuk isi didalamnya saya mulai dengan karakter utama kita, dalam novel ini adalah seorang gadis cyborg dengan pekerjaan yang tidak lazim, yang akan dipilih seorang gadis yaitu mekanik dan karena pekerjaannya itulah,  Cinder akhirnya bisa bertemu sang Pangeran yang membuatnya terpesona. Pangeran Kaito yang tampan, Putra Mahkota Pesemakmuran Timur New Baijing yang kelak menjadi penerus sang kaisar, kisah antara sang Pangeran Kai dan Cinder ini juga meski awalnya lancar namun karena sebuah hal yang disembunyikan Cinder membuat hubungan mereka menjadi sedikit rumit, karakter lain adalah Iko android centil yang menjadi sahabat Cinder interaksi android Iko dan Cinder sangat menghibur. Meskipun menjadi mekanik yang cukup terkenal kehidupan Cinder tidak lantas berkecukupan semua hasil kerjanya menjadi hak milik keluarga tirinya Linh Adri, Peony dan Pearl. Orang-orang yang disebutnya keluarga tapi juga yang memanfaatkannya. Karakter lain yang hampir selalu dibahas di novel ini adalah sang Ratu Bulan yaitu Ratu Levana, sang Ratu Bulan yang mencari kesempatan menaklukan Bumi.

Cerita menjadi rumit saat penyakit Letumosis mulai menjangkiti dan menyebar pada warga di Pesemakmuran Timur. Lalu Cinder menjadi seseorang yang dapat membantu menemukan obat Letumosis, dan apakah Cinder dapat menjadi seseorang yang bisa menyelamatkan bumi dari Ratu Levana dan penyebaran virus Letumosis?
Untuk mengetahuinya kamu bisa segera memulai membaca novel Cinder, tidak sekedar romance tapi ada ketegangan lain yang akan kamu temukan di novel ini. Jadi selamat membaca dan berpetualang dengan Cinder.

Bagi yang sudah membaca Cinder, kamu bisa melanjutkan membaca Scarlet buku ke 2 dari seri The Lunar Chronicles yang juga sudah terbitkan oleh Penerbit Spring. Saya harap berkesempatan lagi untuk dapat melanjutkan membaca novel Scarlet. Wish Me luck. ^^





Review : JODOH

Judul : JODOH
Penulis : Fahd Pahdepie
Penerbit : Bentang Pustaka
Halaman : 246

"Kubiarkan cahaya bintang memilikimu
Kubiarkan angin yang pucat
Dan tak habis-habisnya gelisah
Tiba-tiba menjelma isyarat merebutmu
Entah kapan bisa kutangkap" (Sarpadi Djoko Damono, Nuktuno, Hujan Bulan Juni, 2003.

Itu tadi penggalan syair dari Sarpadi Djoko Damono yang menjadi salah satu inspirasi Fahd Pahdepie dalam menyelesaikan novel Jodoh.Yang membuat saya juga tertarik dengan syair dan puisi-puisi yang ada di dalam novel ini.

Di dalam blurb yang ada di sampul novel sendiri sudah sangat menarik, tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai "Apa itu Jodoh?"

Saya pribadi mengartikan Jodoh adalah sesuatu hal yang tidak akan saya ketahui sampai kapanpun, bahkan sampai saat dimana saya bertemu belahan jiwa saya kelak. 

"Ini adalah kisah tentang seorang laki-laki dan perempuan, yang memutuskan untuk berlayar-jauh sebelum mereka bisa membaca arah atau menebak cuaca; bahkan jauh sebelum mereka disibukkan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang waktu, takdir, cinta, dan jodoh itu sendiri."

Karakter utama Sena yang bisa saya katakan sangat manis dalam menggambarkan cintanya pada Keara, cinta pertama yang akan selalu terkesan polos dan manis. Sedang untuk setting waktunya tentu akan membawa saya pribadi mengingat tahun-tahun sebelum smartphone berkembang seperti saat ini, tapi gambaran tentang masa lalu yang Sena lalu saat memulai pendekatan seorang anak-anak atau remaja itu menyejukkan hati, meski terkesan konyol.
Keseluruhan cerita dari novel Jodoh tentu tidak jauh dari pertanyaan-pertanyaan Sena, Keara maupun Amri apakah seseorang yang kau cintai saat ini, apakah orang itu jodohmu? kisah cinta pertama Sena yang membawanya memaknai Jodoh. Ini buku pertama karya Pahd Pahdepie yang saya baca tapi saya cukup puas mendapat sebuah cerita manis tentang cinta pertama meski cinta pertama tidak selalu berhasil.

Dan ini adalah beberapa kalimat yang saya suka di buku ini : 
"Hari itu, aku mengejar takdir buruk untuk aku kalahkan, tetapi justru aku yang dipaksa nasib untuk menelan kehilangan." (hlm.120)

"Mengapa aku harus melulu takut untuk mencintaimu? Mengapa aku harus takut bersamamu?" (hlm.136)

Saya menemukan beberapa typo yang meski tidak terlalu mengganggu tapi akan sangat baik jika untuk cetakkan selanjutnya bisa diperbaiki.
"Aku enggak tahu harus ngomomg apa, Am," Sahutku. (hlm.127) 

"Sebagian orang berhasil mengikuti panggilan yang dibisikkan hati setiap mereka, sementara sebagian lainnya memilih untuk menunda atau terpaksa mengabaikannya!" (hlm.130)

"Adam yang dibela, dianakemaskan, pada akhirnya harus mengecewakan Tuhan dengan mendekati pohon dan menggigit buah terlarang, bukan?" (hlm.142)



Sabtu, 06 Februari 2016

PACARKU SUPERSTAR ( Cho Kyuhyun ) #6

Namanya Cho Kyuhyun, sebagai salah satu member boyband yang populer banyak yang menjadikannya bias (sebutan untuk mereka mengidolakan seseorang lebih dari yang lain) kesayangan. Begitu pun aku, aku ingat saat itu pertama kalinya aku mengetahui sebuah group laki-laki asal Korea Selatan yang beranggotakan 13 pria-pria tampan ini dimulai tahun 2011 dan mulai menggila di tahun 2012 tahun itu adalah tahun korean wave yang mulai menjamur. Aku hanya ingat saat itu Cho Kyuhyun adalah member termuda di group'nya karena itulah aku menyukainya, cukup simple dan sepele hanya karena usianya paling muda awalnya. Tapi lama waktu berlalu dia tumbuh jadi idola yang potensinya tidak bisa disepelekan, sosoknya dikenal sebagai seorang maknae (adik) yang jail dan berani. Wajah dan postur tubuhnya tidak seperti maknae karena member yang lain ada yang lebih cocok terlihat seperti adik dalam group tersebut. Semua orang tentu akan tahu siapa dan apa nama group yang aku sebut-sebut sedari tadi ini. Ya, mereka adalah SUPER JUNIOR. Sebuah group penyanyi atau boyband yang berasal dari Korea Selatan.

Cho Kyuhyun dalam bentuk fisik dan anganku adalah yang terbaik. Mungkin memang sesuatu yang cukup memalukan jika sekarang aku masih mengatakan bahwa dia masih menjadi pacar khayalan atau bias (idola)-ku. Tapi dulu aku bahkan begitu bangga mengucapkan dan berkomentar dengan teman-teman sesama fansgirl K-Pop bahwa Cho Kyuhyun milikku, bahwa dia adalah pacarku.

Semakin waktu berlalu, kini aku menyadari. Bahwa kegilanku dulu, bukan termasuk buruk. Karena dengan masa-masa menjadi fansgirl tersebut aku menemukan teman lain dari macam-macam daerah meski kami hanya berinteraksi di dunia maya lewat jejaring sosial. Untuk teman-temanku sesama fansgirl dulu, terima kasih karena kalian mau mengenal dan menjadi gila bersama-sama saat itu. Mungkin beberapa dari kalian masih ada yang belum keluar dari dunia fansgirl. Dan maaf karena aku keluar lebih dulu. Yang terbesar aku tunjukkan pada Cho Kyuhyun pria idamanku meski tidak mungkin aku bisa bersamamu tapi aku akan mengucapkan terima kasih, karena berkat dirimu beberapa tahun lalu aku memulai kesenangan menjadi fansgirl dirimu. Kepadamu aku katakan Saranghae Cho Kyuhyun.

Ahad, 7 Februari 2016
surat cinta ini aku buat untuk bias (idola) pertamaku di Super Junior dan sekaligus ucapan perpisahanku di dunia fansgirl K-Pop karena move on dari mereka adalah keharusan.

#30HariMenulisSuratCinta

Jumat, 05 Februari 2016

Sepatu, Lumpur dan Noda #5

Hai kamu, sampai hati mengotori sepatuku. Sepatu cantik yang aku rawat dengan cinta. Lihatlah..., warna sepatuku yang cantik jadi berubah. Sepatu bertaliku yang cantik begitu malang, lumpur kau begitu nakal. Kenapa menodai dan membuatnya menjadi jelek seperti ini!
Aku sudah membersihkannya tapi lihat ini, ada sebaris baret yang terbentuk dan bentuknya tak sama lagi. Kau hanya mau mengotori tapi tak punya niat baik membuatnya cantik meski bernoda.

Hai, Noda!
Kau iri ya? Kenapa menempel disini dan tak mau pergi, pergi... pergi... pergi, aku hempas kamu tapi kenapa tetap membandel. Lihat! Lihatlah sepatu cantikku yang malang, harusnya kau menempati tempat yang sama dikeduanya, sepasang sepatuku tak sama lagi. Mereka berbeda. Malangnya kalian, kembar yang kini berbeda. Noda dan Lumpur kalian benar tak mau pergi?

Hah! Kalian bicara apa?

C.I.N.T.A

Aku yang paling mencintai mereka, merawat dan menjaga mereka tapi lihat sekarang kalian yang hanya mengaku-aku.

Sepatuku yang cantik sekarang beristirahatlah kalian ditempat yang nyaman ini, aku sudah memberi pengharum dan pengawet juga akan menyimpan kalian di tempat yang aman. Sekarang, terima kasih untuk hari dimana selama ini kalian telah menemaniku. Menemani setiap langkahku.

Terima Kasih.


#30HariMenulisSuratCinta

Kamis, 04 Februari 2016

CINTA MENTOK #4

Surat ke-4 (empat) ini aku khususkan untukmu. Bukan berarti janjiku hanya bohongan. Percayalah aku akan berusaha memilikimu. Tunggu ya...



Bulan lalu aku katakan padamu, "tunggu aku, sebentar lagi aku akan menjemputmu." Anganku adalah memilikimu sebentar lagi, memelukmu sebentar lagi. Tapi, dua hari lalu. Entah apa yang terjadi, anganku tentangmu semakin kabur, inginku menangis seperti hujan nan gerimis pagi tadi yang mengiringiku diperjalanan mencari sebongkah emas. Aku telah berusaha, tak sampai hati aku katakan padamu untuk bersabar lagi. Mungkin kali ini pun aku belum dapat meminangmu ditanganku, direngkuhanku. Do'a-kan lah esok hari keajaiban kan menyambangiku. Dan kita bertemu Iphone yang aku damba sampai saat itu tunggulah aku di bulan terakhir tahun ini.


#30HariMenulisSuratCinta

Selasa, 02 Februari 2016

KOTA (RINDU) #3

Rasanya menyenangkan sendirian, tidak harus tersenyum dan tampak gembira. Lega memandang murung keluar jendela, membiarkan kesedihan mengalir. Ketika harus memikirkan esok pagi, kota ini terasa sepi, tak ada kebisingan yang familiar. Listrik yang menjadi sumber cahaya ketika malam pun mati. Tapi aku masih dapat melihat kunang-kunang di kota ini, yang membuatku terkejut tidak hanya satu kunang. Berapa jauhnya yang aku tempuh, aku membayangkan suasana ini sebelumnya. Tapi saat ada di dalamnya, aku bisa merasa seluruh jiwa dan ruhku tersenyum sekian detik. Bukan ini!





#30HariMenulisSuratCinta

POS (KIRIM) JODOH #2

Untuk kamu yang masih tersembunyi.

Rasanya rangkaian katapun sulit aku utarakan untukmu, sampai membagi diri menjadi tubuh dan jiwa, tetap tak bisa menjelaskan rasaku kepadamu. Sebetulnya, aku yakin sekali bahwa kamu sama dengan aku. Aku yakin sekali bahwa kamu pun masih mencari. Ah, sudahlah. Aku tak perlu repot-repot membentuk kata-kata baru untuk mencetuskan gagasanku. Untuk dunia ide tentang hubungan kita dan tak usah capek-capek siang malam mengumpulkan kata. Karena dengan kosakata semacam 'Jodoh' sudah kurasa cukup untuk mengamati lapis-lapis perasaanku kepadamu.

#30HariMenulisSuratCinta

Minggu, 31 Januari 2016

Musuh Dalam Kenangan Terbaik #1

Kamu...
apa kabar? meski tak lagi nampak dan tak lagi bersua, aku masing selalu mengenangmu.

Aku masih menyayangimu meski terluar dari diriku menampakkan ketidak senanganku padamu, andai dulu kamu percaya padaku. Mungkin sampai kini kita masih akan bersahabat, kau yang selalu membuat hariku dulu penuh warna juga tantangan dan kisah penuh drama nan melankolis. Karena kamu yang pertama, temanku sahabatku saudaraku. Mereka bilang kita kembar namun tak serupa, kita sama namun berbeda. Kamu yang begitu terbuka serta menyenangkan.

Apa kamu mengingatku? Disini di dalam hatiku, aku masih sangat mengingatmu, ingatkah kamu? Saat itu kamu menangis dalam pelukku dan aku menangis melihatmu bersedih seperti itu. Bukankah aku akan selalu ada untukmu, untuk mendengar kisahmu, untuk berbagi rasa sedihmu bukan hanya ceriamu. Kau mungkin merasa kecewa dengan kejadian saat dimana, kau melihat pesan di handphone-ku waktu itu. Aku sendiri takut menjelaskan, karena untuk pertama kalinya dalam persahabatan kita, kau begitu murka padaku.

Ingatkah kamu? Saat dimana pertama kali kita berteman, aku mengingatmu sebagai seorang gadis penuh percaya diri, sedang aku hanya gadis pemalu. Kamu yang pertama mengenalkan diri, menghampiriku untuk makan di kantin bersamamu. Waktu itu kau makan sangat banyak, badan mungil dengan selera makan yang hebat. Mungkin aku menyukai dari saat itu, kau punya selera yang sama denganku. Terima kasih karena kamu, aku memiliki kenangan terbaikku saat sekolah dulu. Aku memiliki pengalaman terhebat saat itu dan karena kamu juga aku pun belajar tentang kehidupan, untuk tumbuh tetap percaya diri. Meski untuk tetap tegak, seseorang harus berusaha keras. Kehidupan ini tak selamanya berpihak pada kita, aku akan selalu mengingat bahwa percaya pada diri sendiri adalah hal pertama yang akan membantumu tetap tegak.

Meski kita tak lagi sama seperti dulu, semoga cinta dan kasih yang dulu sempat kita miliki. Akan membawamu serta diriku bertemu lagi.

Tertanda untuk seorang yang aku benci namun dalam jiwaku aku masih menyayangi. TERIMA KASIH untuk kisah dan pengalaman indah kita dulu.

Jumat, 01 Januari 2016

DIA #FOTO

'HAPPY NEW YEAR'

Pukul 00.00 tepat pergantian hari dan tahun, orang-orang menyebutkan resolusinya dalam hati mereka. Dan beberapa orang lainnya menikmati tidur mereka di tempat tidur yang nyaman. Aku membuka sosial media facebook-ku dan karena sudah menjadi keharusan tahun baru akan hujan dengan menarik selimutku lebih tinggi, dan menempatkan notebook lebih dekat aku men-klik album foto facebook ku malam ini.

"Ah ini foto 4 tahun lalu saat di kelas tiga SMU, masih dengan gaya rambut poni tirai yang hampir menutupi mata, memegang pundaknya dengan canggung, aku ingat ini adalah satu-satunya fotoku dengannya..." Melihatnya lagi, jadi mengingatkanku sesuatu...

"Belum tidur?"

"Hemm..."

"Ayam bakarnya sudah jadi, kakak mau ikutan makan nggak di luar? Kalau enggak porsi punya kakak buatku aja ya!"

"Enak aja...!!"

Melocat dari dudukku di sofa ruang tengah, dan mendapati semuanya sudah siap, papa mendekat ke arahku membawa dua piring besar di tangannya, "Kakak kita makannya di dalam rumah saja, di luar udaranya jadi dingin."


Cepat sekali waktu berganti...